Pertama-tama,
aku memuji Allah, pujian yang banyak, bertutur-turut, walaupun amat kecil
pujian pemuji-pemuji itu, kurang dari hak keAgunganNya.
Kedua,
aku bersalawat dan mengucapkan salam kepada Rasul-rasulNya, selawat yang
meratai Rasul-rasul yang lain, bersama penghulu ummat manusia.
Ketiga,
aku memohonkan kebajikan kepada Allah Ta’ala, tentang membangkitnya
cita-citaku, mengarang sebuah kitab, tentang “Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu
Agama” (Ihya’ Ulumiddin).
Keempat,
aku menentang, untuk memotong kesombongan, hai pencela, yang melampaui batas
pada mencela, diantara golongan orang-orang yang ingkar, yang berlebih-lebihan
mencaci dan melawan, diantara lapisan orang-orang yang melawan, yang lalai.
Maka
sesungguhnya telah terlepas ikatan diam dari lidahku. Telah dikalungkan pada
lehermu, tanggungan berkata-kata dan kalung mutiara bertutur kata, selama
engkau berkekalan buta dari kebenaran yang nyata, serta berkepanjangan menolong
yang batil, membaguskan kebodohan dan mengobarkan fitnah kepada orang, yang
memilih mencabut diri sedikit dari membiasakan diri mengikuti kebiasaan itu,
kepada beramal dengan yang dikehendaki oleh ilmu, kerena mengharap mencapai apa
yang diajak oleh Allah Ta’ala beribadah kepada-Nya, Yaitu : membersihkan diri
dan membaikkan hati. Dan untuk memperoleh kembali sebahagian apa yang telah
dibuang-buangkannya, dari menyia-nyiakan umur, kerena putus asa dari
kesempurnaan memperoleh kembali dan menampalkannya. Dan tersisih dari kumpulan
orang, yang dikatakan terhadap mereka oleh yang empunyaisyari’at – rahmat Allah
dan sejahteraNya kepadanya.
“Manusia
yang sangat menderita azab pada hari qiamat, ialah orang yang berilmu (orang
alim), yang tidak diberi manfa’at oleh Allah swt, dengan ilmunya”.
Hadis
ini diriwayatkan Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi dari Abu Hurairah dengan isnad dla’if
Demi
umurku, sesungguhnya tiada sebab untuk berkekalannya kamu kepada kesombongan,
selain oleh penyakit yang meratai orang banyak. Bahkan telah meratai golongan
orang-orang yang teledor, dari pada memperhatikan pentingnya persoalan ini. Dan
bodoh, bahwa persoalan ini besar. Dan keadaannya itu sungguh-sungguh. Akhirat’
itu di depan dan dunia itu di belakang. Ajal itu dekat. Perjalanan itu jauh.
Perbekalan itu sedikit. Bahaya itu besar. Dan jalan itu tertutup. Selain
keikhlasan karena wajah Allah, dari ilmu dan amal, adalah tertolak pada pihak
pengecam, yang dapat melihat.
Berjalan
ke jalan akhirat serta banyaknya tipu-daya tanpa penunjuk dan teman, adalah
payah dan sukar. Maka penunjuk-penunjuk jalan itu ialah kaum ulama. Mereka
adalah pewaris nabi-nabi. Telah kosonglah zaman dari mereka. Tidak ada yang
tinggal, kecuali orang-orang yang berbuat resmi-resmian. Kebanyakan telah
digoda sethan dan terjerumus ke dalam kesesatan. Masing-masing mereka telah
tertarik kepada keuntungan yang dekat. Lalu memandang yang baik menjadi buruk
dan yang buruk menjadi baik. Sehingga ilmu agama senantiasa terinjak-injak dan
noor hidayah hilang lenyap disegala pelosok bumi.
Orang-orang
itu berkhayal kepada orang banyak, bahwa ilmu pengetahuan itu tak lain, dari
fatwa pemerintah yang dipakai’ oleh para kadli (hakim) untuk menyelesaikan
persengketaan ketika berkecamuk kezaliman. Atau ilmu pengetahuan itu ialah jidal (perdebatan), yang diperalat oleh
orang yang mencari kemegahan untuk memperoleh kemenangan dan keuntungan. Atau
ilmu pengetahuan itu ialah sajak yang dihiasi, yang dipergunakan oleh juru-juru
nasehat supaya dapat mempengaruhi orang awam. Karena mereka itu, tidak melihat,
selain dari yang tiga tadi, tempat
memburu yang haram dan menangguk harta kekayaan duniawi.
Adapun
ilmu jalan akhirat yang ditempuh ulama-ulama terdahulu yang saleh, yang
dinamakan oleh Allah swt, dalam KitabNya dengan Fqih, Hikmah, Ilmu, Cahaya, Nur, Hidayah dan Petunjuk, maka telah dilipat dari orang banyak dan menjadi hal yang
dilupakan.
Manakala
hal yang demikian itu menghancurkan Agama dan mendatangkan bahaya yang
mengerikan, maka aku berpendapat bahwa berusaha menyusun kitab ini, adalah
penting untuk Menghidupkan Kembali
Ilmu-ilmu Agama (Ihya’ Ulumiddin), membukakan jalan yang dilalui imam-imam
yang terdahulu dan memberi penjelasan maksud dari ilmu pengetahuan yang
berguna, dari nabi-nabi dan ulama-ulama terdahulu yang saleh.
Aku
buat dasar kitab ini empat bahagian besar (empat rubu’) yaitu:
1.
Bahagian (rubu’) per’ibatan (rubu’ ‘ibadah)
2.
Bahagian (rubu’) pekerjaan
sehari-hari (rubu’ adat kebiasaan)
3.
Bahagian (rubu’) perbuatan yang
membinasakan (rubu’ al-muhlikat)
4.
Bahagian (rubu’) perbuatan yang
menyelamatkan (rubu’ al-munjiyat)
Aku
mulai sejumlah dengan “kitab ilmu”. Kerena ilmu itu amat penting, untuk
pertama-tama aku bentangkan, tentang ilmu, di mana segala orang berbakti kepada
Allah dengan menuntutnya, di atas sabda Rasul saw. yang bersabda:
“Menuntut ilmu itu wajib atas
tiap-tiap muslim”
Diriwayatkan
ibu Majah dari Anas. Dipandang dla’if oleh Al-Baihaqi dan lainnya.
Akan
aku bedakan padanya, ilmu yang bermanfa’at, dari ilmu yang mendatangkan
melarat. Karena Nabi saw. bersabda:
“Kita berlindung dengan Allah,
dari ilmu yang tidak bermanfa’at”
Diriwayatkan
Ibnu Majah dari Jabir, dengan Isnad baik.
Aku
akan buktikan kecenderungan manusia sekarang, jauh dari bentuk kebenaran.
Tertipunya mereka dengan kilatan patamorgana. Dan kepuasan mereka dengan kulit
ilmu, tanpa isi.
Bahagian (rubu’) ibadah,
melengkapi sepuluh kitab :
1. Kitab ilmu
2.
Kitab
kaidah-kaidah I’tikad (aqidah)
3.
Kitab
rahasia (hikmah) bersuci
4.
Kitab
hikmah shalat
5.
Kitab
hikmah zakat
6.
Kitab
hikmah shiam (puasa)
7.
Kitab
hikmah hajji
8.
Kitab
adab (kesopanan) membaca Al-Quran
9.
Kitab
dzikir dan do’a
10. Kitab tartib wirid pada
masing-masing waktunya
Bahagian (rubu’) pekerjaan
sehari-hari melengkapi sepuluh kitab:
1. Kitab adab makan
2.
Kitab
adab perkahwinan
3.
Kitab
hokum berusaha (bekerja)
4.
Kitab
halal dan haram
5.
Kitab
adab berteman dan bergaul dengan berbagai manusia
6.
Kitab
‘uzlah (mengasingkan diri)
7.
Kitab
adab bermusafir (berjalan jauh)
8.
Kitab
mendengar dan merasa
9.
Kitab
amar ma’ruf dan nahi mungkar
10. Kitab adab kehidupan dan
budi-pekerti (akhlaq) kenabian
Bahagian (rubu’) perbuatan yang
membinasakan, melengkapi sepuluh kitab:
1. Kitab menguraikan keajaiban hati
2.
Kitab
latihan diri (jiwa)
3.
Kitan
bahaya hawa nafsu perut dan kemaluan
4.
Kitab
bahaya lidah
5.
Kitab
bahaya marah, dendam dan dengki
6.
Kitab
tercelanya dunia
7.
Kitab
tercelanya harta dan kikir
8.
Kitab
tercelanya sifat suka kemegahan dan cari muka (ria)
9.
Kitab
tercelanya sifat takabur dan mengherani diri (‘ujub)
10. Kitab tercelanya sifat tertipu
dengan kesenangan duniawi
Bahagian (rubu’) perbuatan yang
melepaskan, melengkapi sepuluh kitab:
1. Kitab taubat
2.
Kitab
sabar dan syukur
3.
Kitab
takut dan harap
4.
Kitab
fakir dan zuhud
5.
Kitab
tauhid dan tawakkal
6.
Kitab
cinta kasih, rindu, jinak hati dan rela
7.
Kitab
niat, benar dan ikhlas
8.
Kitab
muraqabah dan menghitung amalan
9.
Kitab
memikirkan hal diri (tafakkur)
10. Kitab ingat mati
Sumber: Imam Al Ghazali(1980);
Ihya Ulumiddin, Jiwa Agama, Jilid 1, m.s 30 – 34, Perc. Menara Kudus
(Indonesia)
No comments:
Post a Comment