Sunday, 14 July 2013

Empat bahagian besar (empat rubu')


Pertama-tama, aku memuji Allah, pujian yang banyak, bertutur-turut, walaupun amat kecil pujian pemuji-pemuji itu, kurang dari hak keAgunganNya.

Kedua, aku bersalawat dan mengucapkan salam kepada Rasul-rasulNya, selawat yang meratai Rasul-rasul yang lain, bersama penghulu ummat manusia.

Ketiga, aku memohonkan kebajikan kepada Allah Ta’ala, tentang membangkitnya cita-citaku, mengarang sebuah kitab, tentang “Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama” (Ihya’ Ulumiddin).

Keempat, aku menentang, untuk memotong kesombongan, hai pencela, yang melampaui batas pada mencela, diantara golongan orang-orang yang ingkar, yang berlebih-lebihan mencaci dan melawan, diantara lapisan orang-orang yang melawan, yang lalai.

Maka sesungguhnya telah terlepas ikatan diam dari lidahku. Telah dikalungkan pada lehermu, tanggungan berkata-kata dan kalung mutiara bertutur kata, selama engkau berkekalan buta dari kebenaran yang nyata, serta berkepanjangan menolong yang batil, membaguskan kebodohan dan mengobarkan fitnah kepada orang, yang memilih mencabut diri sedikit dari membiasakan diri mengikuti kebiasaan itu, kepada beramal dengan yang dikehendaki oleh ilmu, kerena mengharap mencapai apa yang diajak oleh Allah Ta’ala beribadah kepada-Nya, Yaitu : membersihkan diri dan membaikkan hati. Dan untuk memperoleh kembali sebahagian apa yang telah dibuang-buangkannya, dari menyia-nyiakan umur, kerena putus asa dari kesempurnaan memperoleh kembali dan menampalkannya. Dan tersisih dari kumpulan orang, yang dikatakan terhadap mereka oleh yang empunyaisyari’at – rahmat Allah dan sejahteraNya kepadanya.

“Manusia yang sangat menderita azab pada hari qiamat, ialah orang yang berilmu (orang alim), yang tidak diberi manfa’at oleh Allah swt, dengan ilmunya”.

Hadis ini diriwayatkan Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi dari Abu Hurairah dengan isnad dla’if

Demi umurku, sesungguhnya tiada sebab untuk berkekalannya kamu kepada kesombongan, selain oleh penyakit yang meratai orang banyak. Bahkan telah meratai golongan orang-orang yang teledor, dari pada memperhatikan pentingnya persoalan ini. Dan bodoh, bahwa persoalan ini besar. Dan keadaannya itu sungguh-sungguh. Akhirat’ itu di depan dan dunia itu di belakang. Ajal itu dekat. Perjalanan itu jauh. Perbekalan itu sedikit. Bahaya itu besar. Dan jalan itu tertutup. Selain keikhlasan karena wajah Allah, dari ilmu dan amal, adalah tertolak pada pihak pengecam, yang dapat melihat.

Berjalan ke jalan akhirat serta banyaknya tipu-daya tanpa penunjuk dan teman, adalah payah dan sukar. Maka penunjuk-penunjuk jalan itu ialah kaum ulama. Mereka adalah pewaris nabi-nabi. Telah kosonglah zaman dari mereka. Tidak ada yang tinggal, kecuali orang-orang yang berbuat resmi-resmian. Kebanyakan telah digoda sethan dan terjerumus ke dalam kesesatan. Masing-masing mereka telah tertarik kepada keuntungan yang dekat. Lalu memandang yang baik menjadi buruk dan yang buruk menjadi baik. Sehingga ilmu agama senantiasa terinjak-injak dan noor hidayah hilang lenyap disegala pelosok bumi.

Orang-orang itu berkhayal kepada orang banyak, bahwa ilmu pengetahuan itu tak lain, dari fatwa pemerintah yang dipakai’ oleh para kadli (hakim) untuk menyelesaikan persengketaan ketika berkecamuk kezaliman. Atau ilmu pengetahuan itu ialah jidal (perdebatan), yang diperalat oleh orang yang mencari kemegahan untuk memperoleh kemenangan dan keuntungan. Atau ilmu pengetahuan itu ialah sajak yang dihiasi, yang dipergunakan oleh juru-juru nasehat supaya dapat mempengaruhi orang awam. Karena mereka itu, tidak melihat, selain dari yang tiga tadi, tempat memburu yang haram dan menangguk harta kekayaan duniawi.

Adapun ilmu jalan akhirat yang ditempuh ulama-ulama terdahulu yang saleh, yang dinamakan oleh Allah swt, dalam KitabNya dengan Fqih, Hikmah, Ilmu, Cahaya, Nur, Hidayah dan Petunjuk, maka telah dilipat dari orang banyak dan menjadi hal yang dilupakan.

Manakala hal yang demikian itu menghancurkan Agama dan mendatangkan bahaya yang mengerikan, maka aku berpendapat bahwa berusaha menyusun kitab ini, adalah penting untuk Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama (Ihya’ Ulumiddin), membukakan jalan yang dilalui imam-imam yang terdahulu dan memberi penjelasan maksud dari ilmu pengetahuan yang berguna, dari nabi-nabi dan ulama-ulama terdahulu yang saleh.

Aku buat dasar kitab ini empat bahagian besar (empat rubu’) yaitu:
1.      Bahagian (rubu’) per’ibatan  (rubu’ ‘ibadah)
2.      Bahagian (rubu’) pekerjaan sehari-hari (rubu’ adat kebiasaan)
3.      Bahagian (rubu’) perbuatan yang membinasakan (rubu’ al-muhlikat)
4.      Bahagian (rubu’) perbuatan yang menyelamatkan (rubu’ al-munjiyat)

Aku mulai sejumlah dengan “kitab ilmu”. Kerena ilmu itu amat penting, untuk pertama-tama aku bentangkan, tentang ilmu, di mana segala orang berbakti kepada Allah dengan menuntutnya, di atas sabda Rasul saw. yang bersabda:

“Menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap muslim”

Diriwayatkan ibu Majah dari Anas. Dipandang dla’if oleh Al-Baihaqi dan lainnya.

Akan aku bedakan padanya, ilmu yang bermanfa’at, dari ilmu yang mendatangkan melarat. Karena Nabi saw. bersabda:

“Kita berlindung dengan Allah, dari ilmu yang tidak bermanfa’at”

Diriwayatkan Ibnu Majah dari Jabir, dengan Isnad baik.

Aku akan buktikan kecenderungan manusia sekarang, jauh dari bentuk kebenaran. Tertipunya mereka dengan kilatan patamorgana. Dan kepuasan mereka dengan kulit ilmu, tanpa isi.

Bahagian (rubu’) ibadah, melengkapi sepuluh kitab :
1.      Kitab ilmu
2.      Kitab kaidah-kaidah I’tikad (aqidah)
3.      Kitab rahasia (hikmah) bersuci
4.      Kitab hikmah shalat
5.      Kitab hikmah zakat
6.      Kitab hikmah shiam (puasa)
7.      Kitab hikmah hajji
8.      Kitab adab (kesopanan) membaca Al-Quran
9.      Kitab dzikir dan do’a
10.  Kitab tartib wirid pada masing-masing waktunya

Bahagian (rubu’) pekerjaan sehari-hari melengkapi sepuluh kitab:
1.      Kitab adab makan
2.      Kitab adab perkahwinan
3.      Kitab hokum berusaha (bekerja)
4.      Kitab halal dan haram
5.      Kitab adab berteman dan bergaul dengan berbagai manusia
6.      Kitab ‘uzlah (mengasingkan diri)
7.      Kitab adab bermusafir (berjalan jauh)
8.      Kitab mendengar dan merasa
9.      Kitab amar ma’ruf dan nahi mungkar
10.  Kitab adab kehidupan dan budi-pekerti (akhlaq) kenabian

Bahagian (rubu’) perbuatan yang membinasakan, melengkapi sepuluh kitab:
1.      Kitab menguraikan keajaiban hati
2.      Kitab latihan diri (jiwa)
3.      Kitan bahaya hawa nafsu perut dan kemaluan
4.      Kitab bahaya lidah
5.      Kitab bahaya marah, dendam dan dengki
6.      Kitab tercelanya dunia
7.      Kitab tercelanya harta dan kikir
8.      Kitab tercelanya sifat suka kemegahan dan cari muka (ria)
9.      Kitab tercelanya sifat takabur dan mengherani diri (‘ujub)
10.  Kitab tercelanya sifat tertipu dengan kesenangan duniawi

Bahagian (rubu’) perbuatan yang melepaskan, melengkapi sepuluh kitab:
1.      Kitab taubat
2.      Kitab sabar dan syukur
3.      Kitab takut dan harap
4.      Kitab fakir dan zuhud
5.      Kitab tauhid dan tawakkal
6.      Kitab cinta kasih, rindu, jinak hati dan rela
7.      Kitab niat, benar dan ikhlas
8.      Kitab muraqabah dan menghitung amalan
9.      Kitab memikirkan hal diri (tafakkur)
10.  Kitab ingat mati


Sumber: Imam Al Ghazali(1980); Ihya Ulumiddin, Jiwa Agama, Jilid 1, m.s 30 – 34, Perc. Menara Kudus (Indonesia)

No comments:

Post a Comment